Jakarta, 24 Agustus 2024 — Keluarga Alumni Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (KAFEGAMA) melaksanakan Pelantikan Pengurus Pusat (PP) KAFEGAMA Periode 2024-2027. Pelantikan ini merupakan kegiatan lanjutan dari pelaksanaan Musyawarah Nasional (Munas) ke IV KAFEGAMA yang telah terlaksana pada 4 Mei 2024 lalu. Munas tersebut memutuskan dan menetapkan Friderica Widyasari Dewi (KAFEGAMA 94) sebagai Ketua Umum PP KAFEGAMA periode 2024-2027. Friderica juga saat ini menjabat sebagai Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Pelindungan Konsumen (KE PEPK) merangkap Anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan.
Pelantikan tersebut diselenggarakan di Sasono Adiguno Taman Mini Indonesia
Indah (TMII) yang dihadiri sekitar 500 orang yang terdiri dari unsur Pengurus
Pusat Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (KAGAMA), PP KAFEGAMA baik di tingkat pusat dan daerah serta segenap alumni FEB UGM yang berasal dari Jakarta dan daerah lainnya. Ketua Umum beserta jajaran PP KAFEGAMA dilantik oleh Anton Mart Irianto selaku Ketua Bidang Organisasi PP KAGAMA dan berita acara pelantikan ditandatangani oleh Ganjar Pranowo selaku Ketua Umum PP KAGAMA.
Setelah resmi dilantik, dalam sambutannya Kiki (Sapaan Friderica Widyasari Dewi) mengajakbahwa seluruh alumni FEB UGM yang hadir untuk bersyukur dan berterima kasih kepada guru besar dan dosen yang telah mendidik, memberikan contoh dan membimbing para mahasiswa dan alumni yang telah mencetak alumni yang sukses dan menjadi alumni calon-calon pemimpin negeri di masa yang akan datang. Kiki juga menyampaikan komitmen kepengurusan KAFEGAMA periode 2024-2027 yang akan melanjutkan program strategi KAFEGAMA yaitu MIGUNANI.
“Sebagai wujud rasa syukur dan ucapan terima kasih kita kepada para dosen dan almamater, kita serius dalam wadah yang telah disediakan yang bernama
KAFEGAMA ini sebagai organisasi perkumpulan Alumni FEB UGM. Kami dalam kepemimpinan di periode ini (2024-2027) memiliki komitmen untuk melanjutkan dan meningkatkan program-program KAFEGAMA di periode sebelumnya yaitu MIGUNANI, Member Pride, Innovative Learning, Government & Policy Brief, UMKM Jaya & Digital, Network Organization, Alumnae Succsess, New Funding, dan Institution Shine.” Ucap Kiki.
Diakhir sambutannya, Kiki juga mengajak seluruh alumni FEB UGM lintas generasi dan angkatan untuk ikut aktif dalam mendukung program-program KAFEGAMA dan melanjutkan dedikasi dan kontribusi kepada almamater UGM tercinta, KAFEGAMA, Bangsa, dan Negara.
“Kami dipengurusan ini juga mengajak kepada seluruh KAFEGAMA khususnya para milenial dan gen Z, untuk aktif di Kafegama, baik secara pemikiran, tenaga, dan lain sebagainya” Pungkas Ketua Umum.
Pada kesempatan yang sama, Prof. Didi Achjari, Dekan FEB UGM memberikan sambutan dan menyampaikan harapan serta pesan pentingnya sinergi dan kolaborasi. Didi menegaskan bahwa pelantikan ini bukan hanya sekadar seremoni, tetapi juga momentum untuk memperkuat sinergi antara alumni dengan almamater, baik yang berada di sektor pemerintahan maupun swasta.
“Kehadiran Kami disini dengan dua tujuan utama: pertama, mendukung dan merestui pelantikan pengurus baru, dan kedua, mendengar pengalaman dari para senior kita,” ujar Didi.
Didi menyoroti peran inspiratif para tokoh senior, seperti Prof. Boediono, Prof.
J. Soedrajad Djiwandono, dan Perry Warjiyo yang telah banyak memberikan contoh dan kontribusi untuk mendukung para alumni dan sivitas akademika.
“Kami berharap kerja sama yang sudah terjalin dapat semakin diperkuat, terutama dalam kegiatan yang berdampak sosial tinggi, baik di sektor pemerintah maupun swasta,” tambahnya.
Ketua Umum PP KAGAMA, Ganjar Pranowo, dalam sambutannya menyampaikan apresiasi atas kiprah KAFEGAMA yang tidak saja menyasar kepada keluarga besar FEB UGM, tetapi kepada keluarga besar UGM (sivitas akademika, alumni dan keluarga) serta masyarakat, bangsa dan negara. Ia menegaskan bahwa kekuatan alumni UGM, khususnya dari FEB telah terbukti melalui peran mereka di berbagai sektor, baik di pemerintahan maupun dunia usaha, dan pengabdian kepada masyarakat.
“Sebagai Ketua Umum KAGAMA, kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh Alumni FEB UGM atas dedikasi dan kontribusi nya baik kepada KAGAMA, UGM, dan masyarakat yang selalu hadir untuk memberikan solusi dari masalah yang ada, terutama saat pandemi covid-19 lalu yang luar biasa dan pasca pandemi tersebut KAFEGAMA selalu hadir untuk membantu kita semua” ucap Ganjar.
Acara pelantikan dilanjutkan dengan sesi serah terima jabatan secara simbolis dari Ketua Umum KAFEGAMA periode sebelumnya Perry Warjiyo (KAFEGAMA 77) yang juga merupakan Gubernur Bank Indonesia kepada Ketua Umum terpilih, Friderica Widyasari Dewi dengan penyerahan Pataka KAFEGAMA dan Akta Penyesuaian organisasi dari Kementerian Hukum dan Ham (Kemenkumham).
KAFEGAMA LEADER’S INSIGHT
Setelah acara pelantikan dan serah terima jabatan, acara dilanjutkan dengan talkshow yang dikemas dalam KAFEGAMA LEADER’S INSIGHT dengan menghadirkan tiga begawan ekonomi nasional, yaitu Prof. Boediono, Wakil Presiden Republik Indonesia ke-11 (KAFEGAMA 62), Prof. J. Soedradjad Djiwandono, Gubernur Bank Indonesia 1993-1998 (KAFEGAMA 63), dan Perry Warjiyo, Gubernur Bank Indonesia saat ini (KAFEGAMA 77) untuk menyampaikan wisdom nya masing-masing.
Pemaparan pertama oleh Prof. Boediono yang menyampaikan rasa bahagianya kembali berkumpul dengan para Alumni FEB UGM dan mengucapkan selamat atas transisi kepengurusan yang baru.
“Senang sekali pada hari ini saya dapat ikut menyaksikan pelantikan pengurus baru KAFEGAMA 2024-2027. Saya sampaikan selamat dan selamat bekerja kepada seluruh jajaran pengurus baru, semoga sukses dalam melaksanakan misi yang dipercayakan oleh para anggota KAFEGAMA kepada saudara-saudara sekalian”. Ujar Prof. Boediono.
Pada paparannya, Prof. Boediono juga menyampaikan pengalamannya saat berkuliah di FEB UGM yang sangat dinamis dan menyenangkan serta yang sangat aktif memberikan rekomendasi berupa tulisan ilmiah dan buku-buku lainnya.
“Pada waktu itu suasana fakultas kita sangat hidup, sangat dinamis dan bagi saya pribadi, sangat menyenangkan. Berbagai inovasi baru di bidang silabus,
kurikulum dan sistem pengajaran di-introdusir, di-ujicoba, dimotori oleh dosendosen muda yang baru kembali dari pendidikan dan oleh serangkaian dosen tamu dari luar negeri yang didatangkan oleh Rockefeller Foundation. Kegiatan penelitian terutama penelitian lapangan juga banyak dilakukan umumnya merupakan pesanan dari instansi-instansi Pemerintah. Para dosen juga mulai menulis berbagai buku-buku teks yang kemudian ternyata laku dan dipakai luas di berbagai perguruan tinggi di tanah air”. Ujar Prof. Boediono.
Prof. Boediono melanjutkan dengan berbagi cerita tentang dua peristiwa penting yang bernuansa kebijakan ekonomi, peristiwa pertama pada tahun 1970 dan 1980, peristiwa kedua saat 2008-2009, yang dapat memberi pelajaran berharga bagi kita, untuk menghadapi masalah-masalah yang timbul sekarang dan di masa mendatang.
“Pada tahun 1970an sampai tahun 1980an harga ekspor utama Indonesia, pada waktu itu minyak bumi dan gas, mengalami roller coaster. Antara 1972 dan 1978 harga minyak bumi Indonesia melipat hampir 6 kali dari sekitar US$ 3 per barrel menjadi sekitar US$ 17 per barrel dan kemudian antara tahun 1979 dan 1980 naik lagi lebih dua kali lipatnya menjadi sekitar US$ 35 per barrel. Tapi setelah itu kebalikannya terjadi. Harga menukik sampai mencapai dibawah US$ 10 pada 1986. Baru setelah itu, perlahan-lahan mengalami kestabilan pada sekitar US$ 15-17 per barrel. Secara umum Indonesia mendapatkan berkah dari pelonjakan harga ekspor utamanya tersebut. Yang menggembirakan adalah bahwa rente ekonomi dari kenaikan harga yang luar biasa ini termanfaatkan dengan baik. Tribut dan angkat topi patut kita berikan kepada Tim Ekonomi yang bekerja dibawah koordinasi dan kepemimpinan Prof. Widjojo Nitisastro yang telah berhasil mengamankan hampir seluruh windfall profits itu masuk ke APBN dan kemudian menggunakannya untuk membiayai proyek dan program yang sudah di persiapkan matang di dalam Repelita. Tidak banyak rezeki nomplok itu yang tercecer diluar kocek negara dan pemanfaatannya secara ad hoc atau asal-asalan juga dapat dihindari dan hasilnya nyata. Dalam periode itu ekonomi Indonesia tumbuh rata-rata diatas 7 persen per tahun, kemiskinan menurun, indikator-indikator sosial lain membaik dan di awal 1980an untuk pertama kali setelah kemerdekaan swasembada beras dicapai. Tidak heran apabila di awal tahun 1990an Bank Dunia membuat studi membandingkan pengalaman negara-negara yang mengalami oil boom dan Indonesia mendapatkan acungan jempol. Pelajaran bagi kita bagaimana seyogyanya mengelola boom ekspor untuk pembangunan.
Peristiwa ekonomi yang kedua yang ingin saya ceriterakan terjadi pada tahun 2008-2009, global financial crisis. Pada September 2008 sebuah lembaga keuangan raksasa di Amerika Serikat, Lehman Brothers, bangkrut dan memicu gangguan pada arus likuiditas global (global liquidity crush). Semua negara terkena imbasnya Di Indonesia, dana global yang semula berputar disini, ramai-ramai ditarik pulang kandang, IHSG anljok, kurs dolar. Dalam situasi krisis tidak ada pilihan yang tidak pahit, Mereka yang diberi tugas dan tanggungjawab oleh negara untuk menanganinya harus mengambil suatu keputusan. Perkembangan selanjutnya merupakan rekaman sejarah. Yang terjadi adalah efek domino dapat dihindari, kegiatan perbankan bertahap kembali normal, ekonomi Indonesia bangkit dari krisis, menurut angka-angka Asian Development Bank, bahkan lebih cepat daripada negara2 lain di Asia”. Tambah Boediono dalam paparannya.
Di akhir paparannya, Boediono mengutip ungkapan dari sebuah buku yang menginspirasinya. “Saya ingin menutup dongengan saya hari ini dengan mengutip ungkapan dalam sebuah buku yang berbunyi begini: “Sejarah memberikan pelajaran bagi mereka yang mau belajar darinya. Dan dari situ tumbuh kearifan.” Tutup Boediono.
Pemaparan kedua disampaikan oleh Prof. J. Soedradjad Djiwandono. Beliau yang terlah berusia 86 tahun masih aktif mengajar di berbagai kampus top baik di dalam negeri dan di luar negeri. Dalam paparannya Prof. Soedradjad membagi perspektif dan pengalamannya mengenai menjadi leader yang baik dan memiliki keyakinan bahwa seorang leader itu dibentuk meskipun ada istilah seseorang terlahir menjadi seorang pemimpin.
“Saya berkeyakinan bahwa seandainya pun ada unsur born to be a leader, namun kecil sekali presentasenya, seorang leader pasti melalui proses untuk di didik, mengalami pendidikan dan mendidik diri sendiri yang ini paling penting untuk terus menerus mawas diri”. Ucap Prof. Soedradjad.
Beliau yang hobi sekali dengan olahraga tenis, menyampaikan filosofis yang bisa diambil dari tenis dengan leadership.
“Saya adalah pemain tenis sampai akhirnya kaki saya harus dioperasi. Di dalam permainan tenis, kita di didik kalau berdiri kita selalu siap siaga melakukan gerakan yang diperlukan, dan apabila melakukan adjustment, so do it, tapi memang semua mengandung risiko, dan kita harus berani menanggung risiko terhadap suatu keputusan yang diambil” Kata Prof. Soedradjad.
Selain itu, beliau juga menekankan pentingnya kejujuran dan anti korupsi bagi seorang leader.
“Saya kira dewasa ini kalau mau jadi leader ya jangan corrupt dan itu tidak ada tawar menawar lagi. Kalau memilih sesuai jabatan ya kita tahu konsekuensinya. Kemudian jangan menganggap diri sendiri leader, yang memilih kita menjadi leader itu orang lain. Sejak kita kuliah kita dididik untuk menjadi jujur terhadap diri sendiri dan ingin mencari kebenaran dalam menuntut ilmu kita.” Tambahnya.
Tidak lupa, beliau juga membagi pengalamannya pada saat menghadapi krisis keuangan tahun 1997-1998 yang pada saat itu menjabat sebagai Gubernur Bank Indonesia.
“Pada waktu menghadapi krisis keuangan yang demikian berat tahun 97-98 itu memang kita praktis tidur di kantor dan pulang 2-3 jam dan kembali lagi ke kantor, dan di Bank Indonesia ada kebiasaan sekali seminggu dan pada saat krisis diadakan 2 kali sehari. 6 minggu sebelum masa jabatan saya selesai tibatiba saya dipanggil Bapak Presiden untuk kemudian diganti, namun karena saya sudah mempersiapkan diri dan karena saya merasa jujur, saya melaksanakan tugas saya sesuai dengan undang-undang kenapa harus takut, dan kala itu keputusan saya bersama dengan dewan direksi Bank Indonesia tetap dijalankan oleh Pemerintah” Ujar Prof. Soedradjad.
Sebagai penutup, beliau menyampaikan bahwa melakukan sesuatu harus datang dari hati dan passion agar suasananya selalu menyenangkan.
“Saya masih menulis dengan disiplin sampai dengan saat ini. Saya menulis 2 kolom untuk independent observer yang terbitnya sekali seminggu pada hari kamis, selalu ada 2 kolom saya disitu. Memang hobi menulis seperti hobi saya mengajar, it’s coming from your passion, kalau kita memang tidak cinta dan tidak senang membosankan kerjaannya, tapi kalau kita menyenangi, maka hal itu akan menjadi menyenangkan” Tutup Prof. Soedradjad.
Pemaparan ketiga dilanjutkan oleh Perry Warjiyo yang saat ini menjabat sebagai Gubernur Bank Indonesia dari tahun 2018. Perry menyetujui bahwa seorang pemimpin yang sukses itu dibentuk, belajar, dididik, dan dibimbing. Sebagai anak ke 6 dari 9 bersaudara berasal dari seorang petani, tentu saja tidak pernah membayangkan untuk menjadi Gubernur Bank Indonesia. Orang tua beliau selalu memberikan nasihat dan dukungan agar menuntut ilmu setinggitinggi nya.
“Saat kecil saya dinasihati oleh orang tua saya dan saya ingat betul kalimatnya yaitu carilah ilmu setinggi-tingginya, maka hidupmu akan bercahaya dan dekatlah dengan rakyat hidupmu akan bahagia, saat itu saya tidak mengetahui apa artinya kalimat itu sampai saya temukan saat kuliah di FEB UGM, artinya kuliah di FEB UGM itu saya menemukan 4 dasar sukses leadership, yaitu Mengabdi, Mencari ilmu, Berjuang, dan Dekat dengan rakyat”. Pungkas Perry.
Selanjutnya Perry menyampaikan empat poin penting tips sukses dalam pengalaman hidupnya, yaitu (1) Pengabdian, (2) Mencari Ilmu, (3) Berjuang, dan (4) Dekat dengan rakyat.
“UGM dididik untuk pertama mengabdi, kedua, belajar ilmu apa saja karena saya waktu kuliah di UGM belajar sistem akuntansi kemudian audit dan juga cost accounting, karena ternyata itu nanti untuk jadi finance dan governance. Nomor tiga, adalah perjuangan (sengsoro) dan integritas, ditekuk-tekuk pokoknya terus dan di jogja kita harus merasakan perjuangan. Yang nomor empat adalah kerakyatan, sehingga apakah di organisasi kampus itu saya senang belajar. Keempat hal itu harus cari di UGM dan kalau kalau sudah menjadi alumni maka diingat lagi jiwa mengabdi, ilmu, perjuangan dan dekat dengan rakyat. Kalau itu kita yakin, kita akan dituntut dan dibimbing oleh Tuhan Yang Maha Kuasa” Ujarnya.
Perry juga menyampaikan pengalaman kedekatannya dengan senior-senior Gubernur Bank Indonesia ini dan menganggap bahwa Prof. Boediono dan Prof.
Soedradjad adalah “Bapak” dari perjalanan karirnya.
“Singkat cerita pengalamana Saya bisa Ph.D (gelar akademik) kemudian Saya di rekrut oleh Bapak Soedradjad, kemudian saya mengabdi kepada pak Soedradjad dari tahun 1993-1996 selama ± 3,5 tahun, Saya adalah Chief of Staff nya Pak Soedradjad. Saya yang menuliskan semua makalah, pidato, dan lain sebagainya dan siapa editornya? Editornya adalah Prof. Boediono ini.”. Tutur Perry.
Perry juga berpesan kita harus memiliki cita-cita dan target karir sebagai perwujudan jiwa mengabdi.
“Saya melihat Pimpinan-Pimpinan Saya saat itu, pak Soedradjad, pak Adrianus Mooy, dan pak Boediono Saya selalu berdoa ya Allah semoga Bapak-Bapak Saya ini Engkau berikan kesehatan dan semoga Saya Allah bimbing untuk bisa menggantikan kedepan. Untuk itu, jiwa mengabdi itu adalah harus memiliki cita-cita dan memiliki target karir”. Disampaikan Perry dengan batik coklatnya.
Perry juga menekankan untuk terus belajar mencari ilmu yang bermanfaat, never stop learning, belajar dan mengajar agar ilmu tersebut bisa membuat hidup kita lebih bercahaya. Perry juga menyampaikan untuk tidak mudah menyerah dan terus berjuang.
“Saya bersyukur kepada Allah dipertemukan oleh dua guru saya yang sudah mendidik saya mengatasi krisis keuangan. Saya di IMF mengatasi krisis 20072008 dan saya kontak dengan beliau berdua. Sampai sekarang beliau masih chat saya di situasi-situasi ekonomi tertentu seperti pada saat covid 19, mengingatkan untuk jangan pernah tertekan politik untuk mencetak uang.” Tambah Perry.
Perry juga diakhir paparannya menyampaikan role model yang baik agar tetap dekat dengan rakyat karena itu bisa menuntun kita untuk sukses menjadi
Pemimpin selanjutnya. “Maka dari itu Pemimpin-Pemimpin lulusan dari UGM itu dimana-mana selalu memikirkan UMKM, selalu memikirkan bagaimana ekonomi kerakyatan mau dimanapun levelnya. Karena itu lah moto KAFEGAMA yaitu Guyub Rukun Migunani dan jadikan KAFEGAMA tempat leadership”. Tutup Perry.
KAFEGAMA LEADER’S INSIGHT ini terasa lengkap karena di moderatori oleh Ketua Umum PP KAFEGAMA 2024-2027, Friderica Widya Sari sehingga suasana diskusi panel menjadi segar dan menyenangkan. Acara berlangsung meriah karena Prof. Sudradjad berkenan menyumbangkan 2 lagu yaitu Kemesraan dan Sepanjang Jalan Kenangan, di sela-sela kegiatan silaturahmi di antara segenap alumni FEB UGM yang hadir.
Informasi lebih lanjut:
Sekretariat PP KAFFEGAMA
Contact Point Kafegama
Dodit Wiweko Probojakti – Sekretaris Umum
Email: wiweko.probojakti@gmail.com // kafegamaa@gmail.com
Monday - Thursday : 08:00 - 17:00 WIB
(Phone until 16:00 Hrs)
Friday - 8:00 - 14:00
Jl. Dr. Saharjo No.83, RT.13/RW.8, Manggarai, Kec. Tebet, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12850