Penetapan Indonesia untuk memegang Presidensi G20 tahun 2022 merupakan kesempatan yang sangat baik untuk membawa kepentingan bangsa dalam berbagai isu strategis yang akan dibahas dalam G20. Keterlibatan Bank Indonesia dalam Presidensi G20 terutama pada jalur keuangan (Finance Track) dengan beberapa agenda prioritas, dimana dua diantaranya adalah Exit Strategy to Support Recovery and Addressing Scarring Effect to Secure Future Growth.
Untuk itu bekerja sama dengan Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) dan Keluarga Alumni Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (KAFEGAMA) Bank Indonesia menyelenggarakan satu join event sebagai salah satu mata acara di rangkaian G20 Finance Track Side Events.
Join event dikemas dalam format seminar yang dihadiri oleh Bapak Perry Warjiyo, PhD – Gubernur Bank Indonesia (Ketua Umum PP KAFEGAMA dan PP ISEI) sebagai Leader’s Insight. Bapak Juda Agung, PhD – Deputy Gubernur Bank Indonesia untuk menyampaikan Closing Remarks.
Adapun narasumber pada seminar ini diantaranya, Bapak Febrio Kacaribu, PhD – Kepala Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan, Ibu Hendri Saparini, PhD – Founder CORE Indonesia yang juga merupakan Ketua Bidang III PP KAFEGAMA, Prof. Iwan Jaya Ajiz – Cornell University, USA, Research Scholar BI Institute.
Dalam menyampaikan Keynote Speech, Bapak Perry Warjiyo memaparkan tiga upaya untuk mengatasi risiko dari proses normalisasi kebijakan,
“1. Proses Normalisasi harus dilakukan dengan kalibrasi yang tepat (well calibrated), direncanakan dengan baik (well planned), dan dikomunikasikan dengan baik (well communicated) oleh semua negara.
- Bauran kebijakan nasional dan bank sentral untuk memperkuat daya tahan negara, khususnya negara berkembang dalam mengatasi dampak proses normalisasi.
- Kerjasama bank sentral dengan negara lain, salah satunya dengan penggunaan local currency settlement (lCS) untuk promosi perdagangan dan investasi”. pungkas Ketua Umum ISEI.
Dalam penyampaiannya juga Ketua Umum PP KAFEGAMA Bapak Perry Warjiyo memaparkan langkah-langkah koordinasi untuk mengatasi scarring effect,
“1. Dari korporasi, perlu melihat dan meningkatkan kembali strategi bisnisnya kedepan, baik dari sisi bisnis, keuangan, manajemen, dan digitalisasi.
- Dari Perbankan, perlu ikut berpartisipasi dalam mendukung kredit dan pembiayaan ke sektor rill.
- Dari komite stabilitas sistem keuangan (KSSK), upaya koordinasi kebijakan untuk mendorong pemulihan di sektor rill, yaitu meningkatkan kredit pembiayaan ke dunia usaha.
- Dari sisi pemerintah, kebijakan reformasi struktural perlu dilakukan, mendorong iklim investasi yang baik, mempermudah perizinan, tata niaga, perpajakan, dan pelaksanaan undang0undang cipta kerja.
- Bank Indonesia perperan penting dalam melakukan digitalisasi sistem keuangan, pendalaman pasar keuangan, dan mendukung upaya-upaya pembiayaan bagi ekonomi.”
Terakhir Bapak Perry Warjiyo berpesan agar kita selalu bekerja sama dan memaksimalkan the power of we untuk menyukseskan upaya mewujudkan Recover Together Recover Stronger “…Seluruh pengurus pusat dan pengurus cabang ISEI, Pengurus Pusat dan pengurus daerah KAFEGAMA, para akademisi, asosiasi, perbankan, kementerian lembaga, dan teman-teman Bank Indonesia, mari kita bersama-sama bergandengan tangan, memperkuat kerjasama, perkuat sinergi, kolaborasi, perkuat the power of we untuk bersama mendukung upaya-upaya Indonesia dan upaya-upaya global dibawah tema besar G20 Presidensi Indonesia 2022 recover together recover stronger…” Pungkas Bapak Perry.
Semoga Allah SWT Tuhan yang maha kuasa memberikan kemudahan, bimbingan, dan keberkahan. Amin